Monolog merupakan wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung. Wacana monolog bersifat searah dan termasuk komunikasi tidak interaktif. Jadi si pembicara hanya berbicara sendiri tanpa ada reaksi dari partisipan yang lain. Wacana monolog terjadi seperti pada orasi ilmiah, khotbah, dan penyampaian visi dan misi. Pada wacana monolog pendengar tidak memberikan tanggapan secara langsung atas ucapan pembicara. Monolog juga dapat diterapkan pada teks anekdot.
Anekdot monolog dalam tulisan ini bertemakan lingkungan hidup yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anekdot dapat bersumber dari lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Struktur teks anekdot sendiri terdiri dari abstrak yang merupakakan penggambaran isi teks, oritentasi yang menujukkan kejadian, permulaan, atau latar belakang peristiwa tersebut terjadi,, krisis yang berisi terjadinya masalah atau kejadian-kejadian, reaksi bagian cerita yang menjelaskan tentang penyelesaian sebuah masalah, dan koda yang merupakan bagian akhir yang memberikan sebuah kesimpulan dari anekdot. Berikut ini dua contoh anekdot bertemakan lingkungan hidup.
1. Kabut Asap
2. Jagalah Kebersihan
1. Kabut Asap
Struktur | Kalimat |
Abstraksi | Suatu pagi Paijo sedang asyik menonton acara berita di sebuah stasiun televisi swasta yang sedang memberitakan tentang bencana kabut asap yang melanda beberapa provinsi di negeri ini. |
Orientasi | Dari berita yang ia tonton tampak asap mengepul dari beberapa hutan yang berada di daerah Sumatera. Dalam berita tersebut dikabarkan bahwa bencana kabut asap telah mengakibatkan beberapa penerbangan ditunda karena asap menghalangi pandangan. Pesawat-peswat gagal terbang akibat terganggu kabut asap kebakaran hutan. Karena merasa bosan dengan berita tentang kabut asap ia berganti saluran televisi yang lain. Ternyata televisi tersebut memberitakan tentang hujan yang melanda kota bogor. |
Krisis | Dalam hati Paijo mulai berpikir mengenai bencana kebakaran hutan di daerah Sumatera dan hujan yang terjadi di kota Bogor. Ide bagus menurutnya jika kedua kejadian tersebut dihubungkan pikirnya. Sehingga pemerintah perlu melakukan pemadaman di udara melalui water bombing menggunakan helikopter dan hujan buatan menggunakan pesawat terbang. Sehingga pemerintah tidak perlu menyiapkan dana Rp 25 milyar dana siap pakai BNPB untuk menanggulangi bencana kebakaran hutan. |
Reaksi | Dia berpikir bahwa kejadian hujan di daerah bogor merupakan ulah para pawang hujan sehingga walaupun daerah lain sedang mengalami kekeringan kota bogor tetap bisa turun hujan. Dia berpikir seandanya saja pemerintah mau memberdayakan pawang hujan yang ada di seluruh Indonesia maka bencana kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran tersebut dapat diatasi dengan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan cara water bombing dan hujan buatan. Dia juga mulai mengkalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk membiayai pawang hujan. Dalam pikiranya, seandainya di Indonesia ada 200 orang pawang hujan dengan ongkos masing-masing Rp2 juta makan pemerintah hanya membutuhkan biaya sebesar Rp400 juta, lebih kecil daripada menggunakan water bombing dan hujan buatan. |
Koda | Namun kosentrasinya terganggu ketika dari dapur istrinya berteriak dengan keras yang menyuruh Paijo supaya cepat pergi bekerja mencari nafkah. Dengan seketika ide briliannya tentang penanggulangan bencana kebakaran dengan pawang hujan ikut menghilang. |
2. Jagalah Kebersihan
Struktur | Kalimat |
Abstraksi | Di suatu sekolah ternama di sebuah kota tampak lingkungan sekolah tersebut tertata dan sangat rapi. Tidak ada sampah secuilpun yang tergeletak di lantai sekolah tersebut. Budaya bersih sudah menjadi budaya di sekolah tersebut. |
Orientasi | Di sekolah tersebut budaya bersih diterapkan dalam segala hal. Agar sekolah tidak menjadi kotor, kumuh dan penuh dengan sampah di setiap sudut sekolah dipasang tulisan "Jagalah Kebersihan". Termasuk di dalam ruangan belajar pun juga ada tulisan tersebut dengan harapan suasana belajar menjadi nyaman sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. |
Krisis | Suatu hari di sebuah ruangan sedang dilaksanakan pembelajaran matematika. Tampak siswa sibuk mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. Dengan penuh konsentrasi mereka menyelesaikan soal tersebut supaya mendapat nilai yang bagus. Namun, di kursi bagian belakang tampak ada seorang siswa yang hanya diam memandangi bukunya dengan memegang pensil ditangannya. Ia hanya menggerakan pensil tersebut mengambang di atas kertas sehingga tak ada satu coretan pun dikertasnya. Ketika sang guru berkeliling mengamati siswa, sampailah beliau ke kursi bagian belakang kelas tersebut. |
Reaksi | Guru tersebut menanyakan kepada siswa yang dari tadi hanya menggerak-gerakan pinsil mengambang dia atas kertas tersebut. Dengan entengnya siswa tersebut menjawab bahwa apa yang ia lakukan tersebut mengikuti slogan yang terpampang di dinding kelas yaitu "Jagalah Kebersihan". Siswa tersebut menjelaskan bahwa menjaga kebersihan termasuk didalamnya adalah kebersihan buku tulis sehingga ia tidak mau mencorat-coret buku tulisanya untuk mengerjakan soal matematika. |
Koda | Spontan guru tersebut kaget dan jengkel melihat kelakuan salah seorang muridnya tersebut, Menurutnya memang kebersihan harus dijaga namun tidak dalam hal mengerjakan soal. Tugas mengerjakan soal harus dikerjakan oleh siswa di buku masing-masing. |